Senin, 21 Juni 2010

IPNU SEBAGAI KOMUNITAS PEMIMPIN MASA DEPAN

Oleh Syamsul Arif

Pemuda sekarang pemimpin masa depan. Ini adalah ungkapan yang populer untuk menjadi acuan bahwa maju mundur negara tergantung pada pemuda saat ini. Pemuda merupakan tulang punggung negara, jika negara pemudanya mempunyai kualitas pendidikan yang tinggi pasti negara itu dimasa depan akan jaya.

IPNU sebagai wadah anak muda NU dalam perjuangannya berakar pada gerakan untuk mensosialisasikan komitmen nilai-nilai kebangsaan, keislaman, dan kekaderan, yang kemudian bertambah keterpelajaran, dalam upaya untuk penggalian dan pembinaan potensi sumber daya anak muda NU, sehingga kebutuhan kader di tubuh NU diharapkan selalu surplus, yang berimplikasi positif terhadap pasokan pemimpin bangsa. Komitmen perjuangan untuk meningkatkan kualitas sekaligus kuantitas kader NU,sehingga IPNU mengarah pada kecerdasan nalar untuk membaca dan menganalisis kehidupan berdasarkan pendekatan prinsip moderat (attawasuth), keadilan (al i'tidal), dan berimbang (attawazun).

Selain itu, sebagai garda depan kaderisasi di tubuh Nahdlatul Ulama IPNU juga menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan ( al-ukhuwwah ), persatuan ( al-ittihad ), kebersamaan dan kepeloporan serta memandang nilai-nilai amal, kerja dan prestasi adalah bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Melihat sepak terjangnya IPNU tentunya mempunyai banyak peluang kedepan. Pertama, meningkatnya kepercayaan publik (baik nasional maupun internasional ) terhadap Nahdlatul Ulama dengan semakin terbukanya akses pengembangan potensi sumberdaya manusia Nahdlatul Ulama, utamanya melalui jalur akademis. Kedua, semakin terbukanya peluang pengembangan masyarakat sipil di Indonesia menempatkan basis konstituen IPNU pada posisi strategis untuk diberdayakan. Ketiga, Banyaknya alumni IPNU di jalur birokrasi dan legeslative semakin membuka peluang bagi upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik yang bersentuhan langsung dengan kepentingan kelompok sasaran. Masih banyak peluang yang dapat digapai pada masa mendatang. ( hidayat )

Sejalan dengan peluang yang dimiliki IPNU pastinya mempunyai multi garapan. Selama tahun-tahun ke depan, tentu saja banyak bidang garapan yang harus direspon oleh IPNU. Pertama, saat ini rasanya kita diajak untuk merenungkan kembali arah pendidikan nasional yang menjauh dari ide awal, mencerdaskan dan membebaskan. Pendidikan yang semula sebagai wahana menyelesaikan problem sosial di masyarakat, justru menjadi salah satu problem itu sendiri. Pemasungan nilai kelulusan atau passing grade Ujian Nasional (UN) oleh Depdiknas, yang sekarang menjadi 5,50 justru mengesankan pendidikan sebagai proses yang mengerikan bagi peserta didik atau pendidik dan sama sekali tidak memberikan kecerdasan yang membebaskan. Akhirnya, UN dipandang sebagai titik kulminasi antara hidup dan matinya masa depan peserta didik, sekaligus pertaruhan citra dan wibawa pendidik di tengah masyarakat dalam proses pendidikan. Menganut John S Brubacher dalam History of Phylosophy Education, pendidikan nasional telah terjebak strukturalisme, yaitu angka sebagai penanda kecerdasan. Konsekuensinya, IPNU-IPPNU harus menjadi sarana pembelajaran alternatif untuk mengimbangi ketertekanan para pelajar maupun santri di sekolahan, yang terjauhkan dari kesadaran atas realitas sosial. Y.B Mangunwijaya menyebutkan bahwa proses penyadaran adalah tujuan dari pendidikan itu sendiri. (Firdaus M. Yunus, “Pendidikan Berbasis Realitas Sosial”, 2004). Kedua, globalisasi dan modernisasi telah menipiskan identitas kultural dan idiologis yang mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku individu seperti berkembangnya kecenderungan materialisme dikalangan generasi muda. Ketiga, berkembangnya pragtisme politik yang menyerap konsentrasi kader kedalam ranah politik praktis dapat mempengaruhi independensi organisasi dan konsisten pengurus dalam menjalankan misi organisasi. Keempat, merebaknya praktek politik uang yang mengancam sendi-sendi demokrasi dan kemanusiaan dalam tatanan kehidupan kebangsaan.Kelima, adanya organisasi dengan segmen garapan sama dengan IPNU dengan manajemen organisasi yang lebih rapi dan program pelayanan yang memenuhi kebutuhan kelompok sasaran telah menyebabkan banyak menarik minat generasi muda Nahdlatul Ulama.(hidayat)

Tentu masih banyak bidang garapan selain uraian diatas. Semua hal di atas bukanlah hal yang mustahil dilakukan, karena akan berbanding lurus dalam menginternalisir tanggung jawab dan panggilan untuk mencerdaskan kader menuju persiapan kepemimpinan masa depan, melakukan penyegaran faham keagamaan yang mampu mengobarkan progresifitas, melakukan rasionalisasi potensi diri dan organisasi, dan menjalin kerjasama strategis yang kokoh dalam upaya penanganan krisis global.

Wallohumuwafiq ila aqwamut toriq.